THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Thursday 30 October 2014

Kenapa pecahan begitu mengerikan?

Baru aja baca sebuah artikel... chek the article out.. fractions  article

Di artikel itu, yang saya tangkap penulisnya ingin mengkritik mengenai guru yang biasanya menghindari soal soal dengan pecahan yang rumit karena siswa agak sulit mengerjakan soal soal dengan pecahan, apalagi bilangan irasional.

Hal ini membuat saya mau tak mau mengingat pengalaman ketik saya bertanya pada seorang murid kelas 7. Sebuah pertanyaan sederhana "menurut kamu, tanda garis di pecahan itu apa sih?"
Such a heartbreaking answer I got, anak itu jawab, "ya garis aja, bu. Tandanya kan pecahan jadi ada garisnya. Kqlo ga ada ya bukan pecahan."

And I was like "whaaaaat?!" *in high pitch*

Tentu saja tidak bereaksi seprti itu di depan siswa tersebut. Tenang.

Oke back to our topic, fakta pertama yg membuat saya tergelitik adalah pantas saja siswa sangat antipati terhadap pecahan. Lah wong ngerti apa arti lambangnya aja nggak toh.. apalagi tentang sifat dan operasi yang berlaku untuk pecahan.

Kemudian fakta yang kedua yang membuat saya merasa pemahaman dan keterampilan dalam pecahan menjadi penting adalah.. almost every problem in the real world, are not an exact integer!  an example? Fine, tell me about earth gravity... is it integer? No? Exactly!

Oh yeah... pecahan dipelajari berulang ulang di pendidikan dasar di negara ini. Tapi mengapa masih kesulitan? Menurut survey kecil yang saya laksanakan, hanya 1 dari 10 siswa yqng mampu mengerjakan soal dengan bilangan pecahan kategori rumit untuk kelompok usianya.

Bagaimana dong mengajarkan pecahan? Banyak metode  dan strategi dengan berbagai kondisi pendukung. Tapi yabg jelas siswa harus paham mengenai apa itu pecahan, termasuk arti dari simbol yang digunakan, dan tentu saja sifat dan operasi pada pecahan.

Banyak ya Pr seorang guru tuh.... haha..  se.ma.ngat...!! :)
Salam hangat.

Tuesday 28 October 2014

Jujur atau Nilai...

Tergelitik oleh pertanyaan yang terujar dari pak menteri buddikdasmen tadi,

Anda ingin anak anda mempunyai nilai yang sangat tinggi atau bersikap jujur?
 Ini pertanyaan yang sangat sulit dan dilematis bagi orang tua yang sangat kompetitif di masa ini. Orang tua nya loh yang kompetitif, anak malah kehilangan semangat kompetisi itu. Kecenderungan orang tua di Indonesia saat ini adalah mengingini anak yang memiliki nilai / score / peringkat tinggi dan juga anak harus jujur (kalau bisa). Kebanyakan malah tidak terpikirkan masalah kejujuran, entah memang tak terpikirkan atau memang sengaja dipinggirkan dari pikiran.

Orang tua cenderung sangat kompetitif, beberapa siswa pendidikan menengah yang saya kenal, beberapa kali 'curhat' bahwa jika nilainya turun orang tuanya akan marah besar. Bahkan saya pernah didatangi orang tua sambil marah-marah karena nilai anaknya saya kurangi karena melakukan perbuatan curang. Orang tua tersebut marah karena merasa anaknya tidak mungkin melakukan perbuatan tidak jujur. Saat itu, saya hanya mengelus dada dan bertanya, sebuah pertanyaan sederhana, "Berapa jam waktu anak anda untuk bersantai dan mengobrol bersama-sama seluruh anggota keluarga?" Orang tua tersebut terdiam sejenak, kemudian membentak "Apa hubungannya urusan keluarga saya dengan nilai matematika?"

Cukup miris. Pada akhirnya, orang tua tersebut pulang dengan kecewa karena saya pada akhirnya tidak membatalkan keputusan saya karena kuatnya bukti-bukti dan saksi tentang kecurangan siswa tersebut. Namun yang paling membuat saya miris adalah ketidak sadaran orang tua tersebut bahwa pendidikan utama dan terutama adalah di keluarga. Anak adalah copycat dari orang tua, bila orang tua tidak bisa memberikan contoh dan pendidikan awal yang baik, apa yang bisa dilakukan sekolah?

Umpamanya, pendidikan dari keluarga adalah fondasi. Bila fondasinya tidak bagus, bangunan apa yang bisa dibangun di atasnya?

Saya ingin kita mencamkan kalimat lain yang tadi diucapkan pak menteri:
Anda tidak akan ditanyai berapa nilai matematika anda waktu sekolah, namun anda akan selalu ditanya apakah anda orang jujur dan berintegritas? dan, integritas dimulai dari keluarga.

Wednesday 1 October 2014

PtLSV

Ini bahan ajar untuk kelas VII semester 2, pertidaksamaan linier satu variabel.

Masih sedikit cacat, alurnya masih linier, jadi ga bisa berulang-ulang... yah gitulah check aja deh...
download ppt ptlsv