THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Thursday 1 January 2015

video pembelajaran kelas


Video pembelajaran matematika kelas viii
Source : private document
Materi : teorema pythagoras

Photo Editing

Salah satu tugas editing photo

before
after
before
after
Photo source: Private Collection and hunting
Photo Location : Gedung Sate (1) Desa Sukahaji (2)
Model : Dear Friend, M. Fadhli Firdaus and Aep





Monday 3 November 2014

On service ke 2

Minggu ini, saya harus melaksanakan kegiatan on service ke 2 untuk implementasi k13. Rasanya menyebalkan. Jujur ini.

Saya sudah 3x revisi RPP dan perangkat pengajaran lainnya. Ini benar2 buang waktu. Bukan karena saya salah, tapi pedoman dari pusat yang berubah-rubah. Menyebalkan.

Setiap kegiatan in dan on service pasti ada saja pedoman yang berubah. Ini bukti nyata k13 belum matang dan dipaksakan. Memang pasti tidak ada kurikulum yang sempurna dan semua kurikulum selalu berkembang karena kurikulum bersifat dinamis. Tapi masalah pedoman administratif seharusnya matang dan konsisten, karena menyiapkan hal2 administratif itu cukup menyita waktu. Bayangkan, ditengah tuntutan materi, penilaian, tugas2 tambahan, dan pelayanan non kbm pada siswa, masih harus merevisi dokumen-dokumen administratif yang pedomannya datang belakangan. How great.

Saya bukan antipati terhadap k13. K13 sangat baik dan menurut saya menggunaan pendekatan yang baik. Serta tujuan pengembangan karakternya pun baik. Saya sangat setuju. Hanya saja, kepada para pemangku jabatan yang menetapkan pedoman pelaksanaan dan hal2 administratif lainnya, saya menyarankan untuk menetapkan pedoman dan sop yang telah matang dan konsisten. Terimakasih.

Thursday 30 October 2014

Kenapa pecahan begitu mengerikan?

Baru aja baca sebuah artikel... chek the article out.. fractions  article

Di artikel itu, yang saya tangkap penulisnya ingin mengkritik mengenai guru yang biasanya menghindari soal soal dengan pecahan yang rumit karena siswa agak sulit mengerjakan soal soal dengan pecahan, apalagi bilangan irasional.

Hal ini membuat saya mau tak mau mengingat pengalaman ketik saya bertanya pada seorang murid kelas 7. Sebuah pertanyaan sederhana "menurut kamu, tanda garis di pecahan itu apa sih?"
Such a heartbreaking answer I got, anak itu jawab, "ya garis aja, bu. Tandanya kan pecahan jadi ada garisnya. Kqlo ga ada ya bukan pecahan."

And I was like "whaaaaat?!" *in high pitch*

Tentu saja tidak bereaksi seprti itu di depan siswa tersebut. Tenang.

Oke back to our topic, fakta pertama yg membuat saya tergelitik adalah pantas saja siswa sangat antipati terhadap pecahan. Lah wong ngerti apa arti lambangnya aja nggak toh.. apalagi tentang sifat dan operasi yang berlaku untuk pecahan.

Kemudian fakta yang kedua yang membuat saya merasa pemahaman dan keterampilan dalam pecahan menjadi penting adalah.. almost every problem in the real world, are not an exact integer!  an example? Fine, tell me about earth gravity... is it integer? No? Exactly!

Oh yeah... pecahan dipelajari berulang ulang di pendidikan dasar di negara ini. Tapi mengapa masih kesulitan? Menurut survey kecil yang saya laksanakan, hanya 1 dari 10 siswa yqng mampu mengerjakan soal dengan bilangan pecahan kategori rumit untuk kelompok usianya.

Bagaimana dong mengajarkan pecahan? Banyak metode  dan strategi dengan berbagai kondisi pendukung. Tapi yabg jelas siswa harus paham mengenai apa itu pecahan, termasuk arti dari simbol yang digunakan, dan tentu saja sifat dan operasi pada pecahan.

Banyak ya Pr seorang guru tuh.... haha..  se.ma.ngat...!! :)
Salam hangat.

Tuesday 28 October 2014

Jujur atau Nilai...

Tergelitik oleh pertanyaan yang terujar dari pak menteri buddikdasmen tadi,

Anda ingin anak anda mempunyai nilai yang sangat tinggi atau bersikap jujur?
 Ini pertanyaan yang sangat sulit dan dilematis bagi orang tua yang sangat kompetitif di masa ini. Orang tua nya loh yang kompetitif, anak malah kehilangan semangat kompetisi itu. Kecenderungan orang tua di Indonesia saat ini adalah mengingini anak yang memiliki nilai / score / peringkat tinggi dan juga anak harus jujur (kalau bisa). Kebanyakan malah tidak terpikirkan masalah kejujuran, entah memang tak terpikirkan atau memang sengaja dipinggirkan dari pikiran.

Orang tua cenderung sangat kompetitif, beberapa siswa pendidikan menengah yang saya kenal, beberapa kali 'curhat' bahwa jika nilainya turun orang tuanya akan marah besar. Bahkan saya pernah didatangi orang tua sambil marah-marah karena nilai anaknya saya kurangi karena melakukan perbuatan curang. Orang tua tersebut marah karena merasa anaknya tidak mungkin melakukan perbuatan tidak jujur. Saat itu, saya hanya mengelus dada dan bertanya, sebuah pertanyaan sederhana, "Berapa jam waktu anak anda untuk bersantai dan mengobrol bersama-sama seluruh anggota keluarga?" Orang tua tersebut terdiam sejenak, kemudian membentak "Apa hubungannya urusan keluarga saya dengan nilai matematika?"

Cukup miris. Pada akhirnya, orang tua tersebut pulang dengan kecewa karena saya pada akhirnya tidak membatalkan keputusan saya karena kuatnya bukti-bukti dan saksi tentang kecurangan siswa tersebut. Namun yang paling membuat saya miris adalah ketidak sadaran orang tua tersebut bahwa pendidikan utama dan terutama adalah di keluarga. Anak adalah copycat dari orang tua, bila orang tua tidak bisa memberikan contoh dan pendidikan awal yang baik, apa yang bisa dilakukan sekolah?

Umpamanya, pendidikan dari keluarga adalah fondasi. Bila fondasinya tidak bagus, bangunan apa yang bisa dibangun di atasnya?

Saya ingin kita mencamkan kalimat lain yang tadi diucapkan pak menteri:
Anda tidak akan ditanyai berapa nilai matematika anda waktu sekolah, namun anda akan selalu ditanya apakah anda orang jujur dan berintegritas? dan, integritas dimulai dari keluarga.

Wednesday 1 October 2014

PtLSV

Ini bahan ajar untuk kelas VII semester 2, pertidaksamaan linier satu variabel.

Masih sedikit cacat, alurnya masih linier, jadi ga bisa berulang-ulang... yah gitulah check aja deh...
download ppt ptlsv

Wednesday 24 September 2014

Classcraft, masa depan pembelajaran dalam kelas?

Sempat dibagikan sebuah tautan oleh teman, mengenai classcraft, sebuah aplikasi berbasis mmorpg untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas. Jika ingin tahu mengenai classcraft lebih lanjut silakan google "classcraft".

Saya membaca tentang classcraft ini, lalu mengangguk-angguk kecil. Iya, sepertinya seru. Sangat seru. Saya sendiri sangat antusias membayangkan saya belajar dalam kelas yang berbasis mmorpg seperti itu. Tapi kemudian saya melihat iOS. Yap. aplikasi classcraft ini hanya berbasis iOS.
Saya mengirim pesan pada teman saya, "saya bakal bikin proposal dengan judul pengadaan sarana sekolah berbasis iOS untuk pengajaran berbasis mmorpg haha"
tentu saja, itu cuma bercanda. Kebetulan, saya mengajar di sekolah swasta yang sumber dana utamanya adalah siswa, jika saya mengajukan proposal macam itu, saya yakin dan percaya sebulan kemudian saya dapat SP.

Ketika saya ngobrol dengan teman lain, dia dengan entengnya bilang. "Kan lu bisa koding? kenapa kagak bikin aja game sejenis yang basisnya android apa windows gitu.."
Saya akhirnya cuma jadi senyum kecut. emangnya bikin kue nastar apa? kalo bikin software kayak bikin kue nastar, tentu saja perusahaan software ga akan bisa seadidaya sekarang.

Lagipula, setelah saya memeriksa pasar game di Indonesia, rpg dan sejenisnya itu masih kurang diminati. Segerombolan peminat rpg biasa dikelompokkan pada kelompok sosial 'anak cupu'. yah... sekarang sih, sekedar opini saya, sejenis classcraft ini masih sulit di Indonesia ini.
1. kendala sarana
2. kendala SDM.

hehhe... just my opinion. :D